Senin, 17 November 2014

Al-ittihaadu asas An-Najaah

Minggu, 16 November 2014 adalah salah satu perjalanan dari ratusan sejarah yang ku miliki tentang pentingnya kebersamaan dan kekompakan. pada penutupan acara TAWABA 2014 -sebut saja ta'aruf mahasiswa bahasa arab atau sejenis ospek gitu- dari kebersamaan, kekompakan dan rasa kekeluargaan ini bisa membuat suasana menjadi haru disertai tangisan hangat dari anggota dan bahkan panitia tawaba.
saya tidak tahu apa yang akan terjadi ketika 2 raja singa HIMA dan OC itu mengamuk dalam suasana penutupan karena sedikit konflik yang terjadi, 9 orang teman saya dinyatakan tidak lulus dalam tawaba ini katanya. ya awalnya air mata saya sempat menetes keluar tanpa disengaja, tapi segera saya hapus air mata yang keluar itu. tak lama kemudian saya mendengar dari belakang ada secercah isakan tangis juga, berlanjut kedepan, kesamping, kekanan, kekiri, dan tanpa disadari ruangan itu telah penuh dengan tangisan.
dari sini terlihat bibit-bibit kepedulian mereka semua terhadap temannya yang tidak lulus. dan yang paling membuat saya terharu adalah sebuah kalimat pendek "jika ijazah tawaba mereka tidak keluar, maka jangan keluarkan ijazah kami dan kami rela tawaba lagi tahun depan asalkan mereka masih bersama kami" ini bisa dibilang tantangan mematikan buat kami, tapi kami tak peduli apa yang akan terjadi. dan sungguh hal yang menakjubkan terjadi, mereka di luluskan karena keteguhan yang kami miliki, bahkan panitia dan komdis yg garangpun sekalian juga ikutan nangis.
sebuah mahfudzot mengatakan "al-ittihaadu asaas an-najjah" kebersamaan itu adalah dasar keberhasilan.
dari sini juga dapat saya ambil sebuah pelajaran, 2 kata yang tidak akan saya lupakan yaitu bersama dan teguh.

Nanda suci rahayu